,,,The Real Black Devil
August 27th, 2008 by ahimsa-revolution
“Ngapain minum espresso? Itu kan kopi pahit, sedikit, mahal lagi” Itu komentar teman2 saya kalau pesan kopi ini disebuah resto kopi. Ah, saya sudah kadung cinta dengan espresso, ia tidak pahit, tapi memang disajikan sedikit (istilahnya single atau double shot), tapi inilah kopi yang sebenarnya dan saya punya passion tersendiri terhadap jenis minuman ini. Espresso biasa diminum sepanjang hari dan anda harus mencobanya untuk merasakan kenikmatan this real black devil.
Espresso adalah jenis minuman kopi yang dihasilkan dengan cara memberikan tekanan udara melalui sebuah mesin khusus. Menjadi minuman sehari-hari terutama di Itali disajikan dengan atau tanpa gula sesuai selera. Di Itali kalau orang pesan kopi pelayan akan menyuguhkan espresso dan bukan kopi seperti yang kita kenal. Kalau yang dimaksudkan dengan kopi mereka menyebutnya dengan istilah coffee americano.
Entah darimana istilah ini muncul. Besar kemungkinan dari kebiasaan
turis Amerika yang tidak suka dengan espresso karena dirasakan terlalu
keras.
Saya penggemar kopi, mungkin tepat disebut penggila.
Kopi memang enak, tapi bagi saya espresso jauh lebih enak. Ini gara2
situs coffegeek tempat para coffee lover
di seluruh dunia berkumpul yang membahas kelezatan espresso.

Saat ini kopi adalah salah satu pop culture dan cara orang mengidentifikasikan status sosialnya. Coffe shop jadi icon di kota2 besar untuk tempat lobi atau sekedar ngerumpi. Starbuck ada di mana2 dan orang tetap membelinya walau harga kopinya selangit dan jenisnya banyak yang didatangkan dari Indonesia.
Yang kelas underground, cukup menikmati segelas kopi tubruk
yang banyak ampasnya di sebuah warung Tegal. Toh tidak mengurangi
kenikmatan cairan hitam ini. Si embek dari Ethiopia yang dulu jadi bersemangat gara2 makan biji
kopi mungkin tidak menyangka tarian eksotisnya diperhatikan si
penggembala yang meraciknya menjadi minuman kopi seperti yang kita
kenal sekarang. Itulah legenda saat kopi saat pertama kali ditemukan
yang entah benar atau tidak, tapi kopi Afrika sama terkenalnya dengan
kopi luwak orang dewek.
Di
Malaysia ada “Kopi O”, maksudnya kopi doang yang bisa dicampur dengan batu es. Di Singapura Kopi Thiam adalah teman sarapan pagi, tapi sah2 saja bila ingin dinikmati kapan juga.
Semua punya sensasi tersendiri, tapi kopi tetaplah kopi, sebuah
komoditas dimana eksportir Indonesia lebih senang menjualnya ke luar
negeri karena harganya lebih menguntungkan ketimbang di pasarkan di
dalam negeri walaupun petaninya tetap miskin. LSM Amerika seperti Fair Trade merupakan watchdog inudustri kopi dunia yang memperjuangkan hak2 petani. Persatuan Petani Kopi Gayo Organik
yang di Aceh disertifikasi oleh lembaga ini. Setidaknya LSM ini punya
taring di Amerika yang “memaksa” raksasa kopi untuk menghormati hak2
dasar buruh tani di seluruh dunia.
Namun demikian, anda dan saya, harus cukup puas dengan kopi kelas
bawah yang tidak memenuhi syarat eksport karena bentuk biji dan
aromanya kurang memenuhi syarat untuk dijual di caffee shop. Kalau mau yang bermutu, siapkan uang setidaknya 80 ribu rupiah atau lebih untuk seperempat kilo kopi kelas satu seperti merek Illy dari Itali. Sekali lagi kopinya berasal dari Indonesia dan negara2 lain tentunya. Bahkan cukup di Ngopi di Warkop atw Kedai Kopi yang ada saya rasa sudah cukup nikmat. Kopi Joss kalee yach…!!!
Selamat ngopi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar